BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menurut
Lehn,jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1 liter,pada
multigravida sebanyak 1,5 liter,dan sebanyak-banyaknya yang masih dalam batas normal adalah 2
liter.Berat jenis :1,007-1,025.Warna : putih
kekeruhan karena adanya lanugo dan verniks kaseosa.
Asal air ketuban
adalah dari fetal urin,transudasi dari darah ibu,sekresi dari epitel amnion,dan
a mixed origin.Cairan amnion sangat penting artinya bagi tumbuh kembang
janin ke segala arah dengan jumlah sama
sehingga pertumbuhannya menjadi simetris.Untuk pertama kalinya,cairan amnion
dibentuk oleh sel trofoblas sehingga morula dapat berubah menjadi
blastula.Selanjutnya,terjadi perubahan sel trofoblas sedemikian rupa sehingga
mampu melakukan tugas utamanya untuk berimplantasi di dinding uterus bagian
depan atau belakang atasnya.
Cairan amnion
selanjutnya dibentuk oleh sel amnion sehingga pertambahannya seiring dengan
makin tuanya usia kehamilan.Pada kehamilan sangat muda,air ketuban merupakan
ultrafiltrasi dari plasma maternal dan dibentuk oleh sel amnionnya.Pada
trimester II kehamilan,air ketuban dibentuk oleh difusi ekstraseluler melalui
kulit janin sehingga komposisinya mirip dengan plasma janin.Selanjutnya,setelah
trimester II,terjadi pembentukan zat tanduk kulit janin dan menghalangi difusi
plasma janin sehingga sebagian besar air ketubannya dibentuk oleh sel amnionnya
dan air kencing janin.
Jika produksinya
makin berkurang,disebabkan oleh beberapa hal diantaranya : insufisiensi
plasenta,kehamilan post term,gangguan organ perkemihan-ginjal,janin terlalu
banyak minum sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban
intrauteri “oligohidramnion” dengan criteria : jumlah kurang dari 200
cc,kental,dan bercampur dengan mekonium.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk dapat mengetahui
asuhan kebidanan pada masalah oligohidramnion dan manajemennya dalam asuhan
kebidanan
2. Tujuan
Khsusus
a.
Untuk
mengetahui subjektif dari kasus oligohidramnion di Ruang Bersalin RSUD Meraxa .
b.
Untuk
mengetahui objektif dari kasus oligohidramnion di Ruang Bersalin RSUD Meraxa .
c.
Untuk
mengetahui assessment dari kasus oligohidramnion di Ruang Bersalin RSUD Meraxa
.
d.
Untuk
mengetahui planning dari kasus oligohidramnion di Ruang Bersalin RSUD Meraxa .
C. Manfaat
1. Bagi
petugas kesehatan
Bagi petugas
kesehatan menjadi bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan bagi ibu hamil
dengan oligohidramnion.
2. Bagi
mahasiswa/penulis
Bagi penulis,
praktek lapang ini merupakan pengalaman berharga untuk mempraktekkan apa yang
sudah dipelajari secara teori dan juga menambah wawasan dan mengembangkan diri
dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil dengan ologohidramnion.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Definisi
Oligohidramnion
adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari
500 cc.
Oligohidramnion
adalah kondisi di mana cairan ketuban terlalu sedikit, yang didefinisikan
sebagai indeks cairan amnion (AFI (amniotic fluid index)) di bawah persentil.
Volume cairan ketuban meningkat selama masa kehamilan, dengan volume sekitar 30
ml pada 10 minggu kehamilan dan puncaknya sekitar 1 L di 34-36 minggu
kehamilan.
B.
Etiologi
Etiologi
belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin.
Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya
dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
Oligohidramnion
biasanya dikaitkan dengan salah satu kondisi berikut:
1.
Pecahnya membran ketuban.
2.
Masalah kongenital tidak adanya jaringan
ginjal fungsional atau uropati obstruktif seperti kondisi yang mencegah
pembentukan urin atau masuknya urin ke dalam kantung ketuban dan malformasi
saluran kemih janin.
3.
Penurunan perfusi ginjal yang
menyebabkan produksi urin berkurang.
4.
Kehamilan post-term
5.
Gangguan pertumbuhan pada janin
6.
Kelainan ginjal bawaan pada janin
sehingga produksi urinnya sedikit. Padahal urin termasuk sumber utama air
ketuban
7.
Kehamilan lewat waktu sehingga fungsi
plasenta atau ari-ari menurun
8.
Penyakit ibu, seperti darah tinggi,
diabetes, gangguan pembekuan darah dan penyakit otoimun seperti lupus.
C.
Patofisiologi
Sindroma Potter
dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal
ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang
sedikit).
Fenotip Potter
digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan
ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi
tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim
menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang
di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami
kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion
juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik),
sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma
Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan
pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada
ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan
normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya
cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma
Potter berupa :
1.
Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh,
terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan
dagu yang tertarik ke belakang).
2.
Tidak terbentuk air kemih
3.
Gawat pernafasan,
Wanita
dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi :
1.
Anomali kongenital (misalnya : agenosis
ginjal, sindrom patter).
2.
Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3.
Ketuban pecah dini (24-26 minggu).
4.
Sindrom paska maturitas.
D.
Gambaran
Klinis / gejala.
1. Uterus
tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu
merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering
berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi
jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
5. Persalinan
lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu
his akan sakit sekali.
7. Bila
ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
8. Janin
mudah berpindah tempat.
9. Perlambatan
tinggi fundus.
E.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan yang biasa
dilakukan:
1.
USG ibu (menunjukkan oligohidramnion
serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal
2.
Rontgen perut bayi
3.
Rontgen paru-paru bayi
4.
Analisa gas darah.
Cara
mengeceknya :
Dengan memeriksa
indeks cairan ketuban, yakni jumlah pengukuran kedalaman gambaran air ketuban
di empat sisi kuadran perut ibu. Dilakukan lewat USG (ultrasonografi). Nilai
nominalnya berkisar antara 10-20 cm. Bila kurang dari 10 cm disebut air ketuban
telah berkurang. Jika kurang dari 5 cm, inilah yang disebut oligohidramnion.
F.
Akibat
Oligohidramnion
1. Bila
terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan, keguguran,
janin meninggal dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi
partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami
tekanan dinding rahim.
2. Jika
terjadi pada trimester kedua kehamilan, akan amat mengganggu tumbuh kembang
janin.
3. Bila
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti
club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering
(lethery appereance).
4. Jika
terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama
kelahiran. Seperti tidak efektifnya kontraksi rahim akibat tekanan di dalam
rahim yang tidak seragam ke segala arah. Buntutnya, persalinan jadi lama atau
malah “berhenti”.
G.
Tindakan
Konservatif
1. Tirah
baring atau Istirahat yang cukup.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan
nutrisi.
4. Pemantauan
kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan
USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion
infusion.
7. Induksi
dan kelahiran.
Hal yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dengan
oligohidramnion adalah :
1. Makan
makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan
2. Banyak
istirahat
3. Stop
merokok dan/atau jadi perokok pasif
4. Amati
frekuensi gerakan atau aktivitas janin
5. Laporkan
segera ke dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti pendarahan
atau keluar cairan dari vagina.
Tindakan
Dokter
Jika tidak
terjadi peningkatan jumlah air ketuban yang disertai dengan tanda-tanda tidak
sesuainya pertumbuhan berat janin dan terganggunya aliran darah,tali pusat
biasanya dokter akan memutuskan segera melahirkan janin. Apalagi jika ditemukan
pada kehamilan cukup bulan.
H.
Prognosis
Prognosis janin
buruk pada oligohidramnion awitan dini dan hanya separuh janin yang
hidup.Sering terjadi persalinan premature dan kematian neonatus.Oligohidramnion
dilaporkan berkaitan dengan pelekatan antara amnion dan bagian-bagian janin
serta dapat menyebabkan cacat serius termasuk amputasi.Selain itu,dengan tidak
adanya cairan amnion,janin mengalami tekanan dari semua sisi dan menunjukkan
penampilan yang aneh disertai cacat musculoskeletal seperti jari tubuh.
I.
Diagnosis
Oligohidramnion
Untuk mengetahui
oligohidramnion dengan jelas dapat dilakukan tindakan “amnioskopi” dengan alat
khusus amnioskop.
Indikasi
amnioskopi adalah :
1. Usia
kehamilan sudah di atas 37 minggu
2. Terdapat
preeclampsia-berat atau eklampsia
3. Bad
obstetrics history
4. Terdapat
kemungkinan IUGR
5. Kelainan
ginjal.
6. Kehamilan
post date
Hasil
yang diharapkan adalah :
1.
Kekeruhan air ketuban
2.
Pewarnaan dengan mekonium
Komplikasi
tindakan amnioskopi adalah :
1.
Terjadi persalinan premature
2.
Ketuban pecah-menimbulkan persalinan
premature
3.
Terjadi perdarahan-perlukaan kanalis
servikalis
4.
Terjadi infeksi asendens
BAB
III
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN OLIGOHIDRAMNION
Identitas
Nama : Ny. R / Tn. M
Umur : 32 tahun / 29 tahun
Alamat : Darul imarah / darul
imarah
Tanggal : 26 juli 2013
Pukul : 11.15 WIB
Subjektif
:
Ibu R umur 32 tahun masuk ke ruang kebidanan
di kirim dari poli kebidanan, ini merupakan kehamilan ibu yang ke dua dan
sebelumnya ibu tidak pernah keguguran. Ibu mengeluh sering keluar cairan dari
kemaluannya sejak 4 mg yang lalu, dan gerakan janin berkurang . ibu juga
mengatakan nyeri di perut ketika janinnya bergerak. Hari pertama haid terakhir
: 24 oktober 2012
Objektif
:
1.
Tanda-tanda
vital :
a.
TTP : 1 Juli 2013
b.
Tekanan
darah : 90/70 mmHg
c.
Nadi : 72 x/menit
d.
Respirasi
: 20 x/menit
e.
Suhu : 36,70 ˚C
f.
TB : 153 cm
g.
BB : 60 kg
2.
Palpasi
:
a.
Leopold
I :
29 cm
b.
Leopold
II : puka
c.
Leopold
III : kepala
d.
Leopold
IV : divergent
e.
His : 1 x/10’/20” detik
(Jarang)
3.
Auskultasi
:
a.
DJJ : 119 x/m
4.
Pemeriksaan
tunjangan :
a.
USG : cairan ketuban sedikit .
Assessment
Ibu G2P1A0, usia kehamilan 43 mg dengan post
date dan oligohidramnion .
K/U ibu dan janin kurang baik.
Planning
1.
Memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada ibu.
a.
Keadaan ibu kurang baik, ibu
memasuki usia kehamilan 43 minggu, ibu mengalami postdate dan oligohidramnion
(air ketuban sedikit) sehingga harus dilakukan persalinan segera.
b.
Keadaan janin kurang baik,
denyut jantung 119 kali/menit, dan letak
janin normal.
2.
Memberikan asuhan sayang ibu:
a.
Memberikan dukungan moril
kepada ibu agar ibu tidak cemas .
b.
Mempersilakan suami/orangtua
ibu untuk turut memberikan dukungan dengan menemani ibu di samping tempat
tidur.
c.
Menganjurkan ibu untuk
mengambil posisi berbaring senyaman mungkin.
3.
Melakukan observasi keadaan
umum dan tanda-tanda vital.
4.
Melakukan pemasangan infus RL
dengan aturan 20 tetes/menit.
5.
Melakukan cek darah lengkap.
6.
Melakukan pemantauan dengan NST.
7.
Melakukan pemasangan O2
3 liter.
8.
Melakukan kolaborasi dengan
dokter obgyn :
a.
Dokter
menganjurkan persalinan ibu dilakukan secara sc.
b.
Melakukan
skintest
c.
Melakukan
skerem
d.
Injeksi
cefotaxime IV 10 mg
e.
Menganjurkan
ibu untuk puasa
9.
Ibu siap untuk di lakukan Sc besok
pagi pukul 08.00 Wib
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asuhan yang di
berikan pada ibu hamil dengan oligohidramnion di ruang kebidanan RSUD meraxa
dapat di simpulkan bahwa dari data subjektif ibu mengatakan keluar cairan dari
kemaluannya sejak 4 mg yang lalu,gerakan janin berkurang dan ibu merasa nyeri
pada saat janinnya bergerak. Dari hasil USG di dapatkan bahwa air ketuban ibu
sedikit. Dari data objektif di dapatkan TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan
ibu. Sehingga dapat di tegakkan assesment “oligohidramnion”. Planning yang di
berikan : memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu, memberikan asuhan sayang
ibu, Melakukan observasi keadaan umum dan TTV, Melakukan
kolaborasi dengan dokter obgyn, Dokter obgyn menganjurkan persalinan ibu dilakukan secara Sc, Ibu
mengerti dan mengikuti anjuran dokter, dan melakukan persiapan Sc pada ibu.
B.
Saran
Diharapkan
kepada ibu hamil untuk menjaga kehamilannya yaitu dengan memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan. Menganjurkan ibu untuk Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang
serta tingkatkan konsumsi cairan, Banyak istirahat, Stop merokok dan/atau jadi
perokok pasif, Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin, Laporkan segera ke
dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti pendarahan atau
keluar cairan dari vagina.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN.
2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN
Fitramaya,
2008. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta : Dian Press
Manuaba.
2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Rustam.
2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Saifudin. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39
WHO. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal.
Jakarta : Media Aesclapius Press