~ Permata Ayu ~
Font

Wednesday 8 January 2014

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ABORTUS INKOMPLETE




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya.Dimaksud dengan perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan.Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda (Wordpress.com).
Dalam kehidupan wanita,hanya sedikit diagnosis yang lebih penting daripada diagnosis kehamilan. Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis terhadap kehamilan yang mudah dikendali dan merupakan pertunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan (Cunningham dkk, 2005).
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama.Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun(Wordpress.com).
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk membahas “Asuhan Kebidanan pada Ny.S dengan Kehamilan Abortus Inkompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxa”.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny.S dengan Kehamilan Abortus Inkompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013 dengan pendekatan manajemen kebidanan dalam bentuk SOAP.
2.      Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data pada ibu hamil dengan Kehamilan Abortus inkompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxatahun 2013.
b.    Mahasiswa dapat melakukan indentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil dengan Kehamilan Abortus Inkompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013.
c.    Mahasiswa dapat melakukan identifikasi kebutuhan akan tindakan segera dan kolaborasi dokter di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013.
d.   Mahasiswa dapat melaksanakan perencanaan pada ibu hamil dengan Kehamilan Abortus kompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013.
e.    Mahasiswa dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Abortus inkompletus diRuang Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013.

C.    Manfaat
1.      Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil denganAbortus Inkompletus
2.      Klinik
Sebagai masukan dalam upaya peningkatan pelayanan kebidanan khususnya pada ibu hamil dan ibu bersalin.
3.      Institusi
Sebagai masukan dalam bidang pendidikan sehingga dapat menyiapkan calon – calon bidan yang berkompeten khususnya dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil dan bersalin.

 

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Definisi
Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir, akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan.Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan.Abortus terapeutik adalah abortus yang dilakukan atas indikasi medic (Winkjisastro, 2007).

B.     Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah.Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keaadaan masih hidup.Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:
1.        Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.
Faktor-faktor yang yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut:
a)      Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, poliploidi, dan kelainan pula kromosom seks.
b)      Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c)      Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hdupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh  teratogen.
2.        Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan ini terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3.        Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain yang dapat menyebabkan abortus.Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk kejanin, sehingga mnyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosisi  infeksiosa, toksoplamosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
4.        Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.Tetapi harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravid inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.Sebab lain abortus dalam trimester 2 adalah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi servik berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan servik luas yang tidak dijahit(Cunningham dkk, 2005).

C.    Patologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.Keadaan ini menyebakan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu vili koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umunya plasenta tidak dilepas sempurna yang dapat mneyebabkan banyak  perdarahan (Sarwono, 2005).
Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemuadian plasenta.Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya banda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum); mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion) (Sarwono, 2005).
Apabila mudigah yang mati tidak dapat dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta.Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya terjadi tampak seperti daging. Bentuk lain adalah  mola tuberose; dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin mongering dank arena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus kompressus). Kemungkina  lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi; kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan (Sarwono, 2005).

D.    Diagnosis Dan Penanganan
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat; sering terdapat pula terasa mules.Kecurigaan tersebut diperkuat degan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik bilamana hal itu dikerjakan.Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan; pembukaan servik dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
Sebagai kemungkinan diagnosis harus difikirkan:
1.        Kehamilan ektopik yang terganggu
2.        Molahidati dosa
3.        Kehamilan dengan kelainan pada servik
Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang-kadang agak sukar dibedakan  dari abortus dengan uterus dalam posisi retroversi. Dalam kedua keadaan tersebut ditemukan amenorea disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri diperut bagian bawah, dan tumor dibelakang uterus.Tetapi keluhanan nyeri biasanya labih hebat dari kehamilan ektopik (Sinclair, 2009).
Karsinoma servisis uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan.Perdarahan dari kelainan tersebut dapat menyerupai abortus.Pemeriksaan dengan speculum, pemeriksaan sitologik dan biopsy dapat menentukan diagnosis dengan pasti.Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus. Selain itu perlu diperhatikan involusi uterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian. Ia diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil (Sinclair, 2009).
Secara klinik dapat dibedakan antara, abortus kompletusabortus insipiens, abortus inkompletus dan abortus imminens. Selanjutnya dikenal pula abortus servikalis, missed abortus, abortus habiatualis, abortus infeksiosus, dan abortus septic (Sinclair, 2009).
a.      Abortus Kompletus
Abortus kompletus adalah dimana seluruh hasil konsepsi sudah dikeluarkan, ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfusi.
b.      Abortus Imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi servik.Tanda dan gejala abortus ini ialah mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, servik belum membuka dan tes kehamilan positif. Penanganannya ialah istirahat baring menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurang rangsang mekanik dan pemeriksaan USG penting dilakukan untuk  menentukan apakah janin masih hidup
c.       Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi servik uteri yang meningkat, tatoi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Penegluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
d.      Abortus Inkompletus
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Dalam penanganannya, apabila abortus ini disertai syok karena perdarahan, segera harus diberikan infuse cairan NaCl fisiologik atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi lakukan kerokan dan disuntik IM ergometrin agar uterus berkontraksi.
e.       Abortus Servikalis
Pada abortus ini keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangin oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan servik uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Terapi terdiri atas  dilatasi servik dengan Busi Hegar daan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f.        Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8  minggu atau lebih. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi, tes kehamilan menjadi negatif.Penanganannya jika uterus yang besarnya tidak melebihi 12 minggu sebaiknya dilakukan pembukaan servik uteri dengan memasukan laminaria selama kira-kira 12 jam dalam kanalis servikalis yang kemudian diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk kedalam kavum uteri.Jika besar uterus melebihi kehamilan 12  minggu, maka pengeluaran hasil konsepsi di usahakan dengan infuse intravena oksitosin dosis cukup tinggi. Dosis oksitosin dimulai  dengan 20 tetes per menit dari cairan 500 ml glucose 5% dengan 10 iu oksitosin.
g.      Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Penangananya terdiri atas: memperbaiki keadaan umum, pemberian makan yang sempurna, anjuran istirahat yang banyak, larangan koitus dan olahraga. Terapi dengan hormone progesteron, vitamin, hormon tiroid dan lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis karena penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.
h.      Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedangkan abortus septic ialah abortus infeksiosus berat yang disertai penyebaran  kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritoneum. Penganannya pasien segera diberikan anti biotika, kuretase dilakukan 6 jam dan penanganan demikian dapatdipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan yang nekrotis.

E.     Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah sebagai berikut:
1.         Perdarahan, dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.         Perforasi, dapat terjadi karena kerokan pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luasnya dan bentuk perforasi.
3.         Infeksi
4.         Syok, bisaterjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dankarena infeksi berat atau syok endoseptik(Billington Dkk, 2009).



BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal   : Rabu/23 Juli 2013
Jam                  : 14.45 wib
Nama Ibu        : Ny. S                                                 Nama Suami    : Tn. F
Umur               : 27 tahun                                            Umur               : 38 tahun
Pekerjaan         : IRT                                                    Pekerjaan         : Pedagang
Alamat                        : Sibreh                                     Alamat                        : Sibreh

S :
Ny. S berusia 27 tahun baru masuk kiriman dari poli kebidanan. Ibu mengaku keluar flek sejak tanggal 8 juli 2013 dan bercak banyak sejak tanggal 10 Juli 2013. Ibu mengatakan bahwa ini kehamilan keempat dan pernah mengalami keguguran satu kali. HPHT: 28-04-2013.

O :   K/U ibu baik
Tanda-tanda Vital :
-       TD : 110/70 mmHg
-       RR                          : 24 x/m
-       N                             : 80x/m
-       T                             : 36.5ºc
Pemeriksaan Fisik
-       Mata                       : Conjungtiva              : Pucat
                                Sclera                          : Putih
-       Payudara                 : Bentuk                      : Simetris
                                Areola             : Hiperpigmentasi
                                Putting susu                : Menonjol
-       Perut                       :Bentuk                       : Simetris
                                  TFU                           : 2 jari dibawah pusat
-       Genetalia                : Perdarahan                : Flek (2 kali ganti duk)
-       Kaki                        : Tidak ada edema
A :
Ibu G4P2A1usia kehamilan 11-12 minggu dengan Abortus Inkompletus
K/U  ibu  lemas
P :   
1.        Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemerikasaan
2.        Memberikan dukungan kepada ibu agar ibu tidak takut dan cemas
3.        Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup dengan tidur 6-8 jam perhari
4.        Menganjurkan ibu untuk konsumsi makan yang bergizi, seperti:
a.       Nasi/roti serta lauk pauk
b.      Sayur-sayuran
c.       Kacang-kacangan
d.      Buah-buahan
e.       Susu/air mineral
5.        Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya dalam kehamilan :
a.       Pendarahan pervaginam
b.      Keluar cairan dari jalan lahir
c.       Nyeri kepala hebat
d.      Nyeri abdomen yang hebat
6.        Mengingatkan ibu agar teratur minum obat
7.        Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan 6 jam sekali
8.        Kolaborasi dengan dokter SpOG
a.       Pro kuret tanggal 24 juli 2013
b.      Melakukan pemasangan infus Ringer Laktat 20 tetes/menit
c.       Injeksi ceftriaxon 10 mg IV
9.      Ibu mengerti dengan apa yang telah dijelaskan
  
  

BAB IV
PENUTUP
 
A.    Kesimpulan
            Istilah abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir, akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.
            Pada kasus Ny. S (27 tahun) dengan usia kehamilan 11-12 minggu, ibu mengalami abortus inkompletus yaitu pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada yang tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri. Berdasarkan intruksi dokter SpOg, pasien harus dilakukan pemasangan infus RL 20 tetes/menit, injeksi ceftriaxon 10 mg IV, dan dilakukan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
B.     Saran
1.      Bagi Ny.S diharapkan agar dapat menjaga kehamilannya terutama keluarga turut berperan serta mengamati dan menerima keluhan dari ibu hamil.
2.      Bagi Mahasiswi D III Kebidanan agar dapat meningkatkan kualitas belajarnya sehingga dapat memberikan asuhan pelayanan kebidanan sesuai standart yang telah ditetapkan.