BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kelainan pada ovarium
merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh.
Penyebab kelianan pada ovarium tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat
diduga karena penyimpangan kromosom, peegaruh hormonal, lingkungan
endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme, pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus
(Cunningham, 2005).
B. Jenis-jenis
1. Salpingitis akut
a.
Pengertian
Salpingitis adalah inflamasi pada tuba fallopi (Medikal Disabiliti
Advisor). Saat terjadi inflamasi, sekresi berlebih beserta pus terkumpul dalam
tuba. Infeksi biasanya berasal dari organisme asal vagina itu sendiri yang
kemudian naik ke tuba (manuaba, 1999).
b.
Etiologi
Paling sering disebabkan oleh
gonococuc, disamping itu oleh staphylococ dan bakteri TBC
Infeksi
dapat terjadi sebagai berikut :
1)
Naik dari
kavum uteri
2)
Menjalar
dari alat yang berdekatan seperti dari apendik yang meradang, Haematogen terutama salpingitis tuberkulosa (Cunningham, 2005).
c.
Gejala-gejala
1)
Demam tinggi
dan menggigil pasien sakit keras
2)
Nyeri perut
dibagian bawah kanan dan kiri terutama kalau ditekan
3)
Mual dan
muntah, jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsangan peritoneum
4)
VT: nyeri
kalau portio digoyangkan, nyeri uterus kiri dan kanan, kadang-kadanga ada
penebalan dari tuba. Tuba yang sehat tidak dapat diraba (Mochtar, 1998).
d.
Patofisiologi
Infeksi dapat menyebar ke bagian lain lewat kelenjar limfe. Organisme
penyebab infeksi ini diperkirakan mencapai tuba falopii dan ovarium yang
sebelumnya sudah cidera tersebut lewat cairan limfe atau darah. Pada salah satu
dari dua kasus tubo-ovarium yang menjadi komplikasi dalam pertengahan kehamilan
dan dirawat di RS dilakukan histerektomi di samping salpingo-ooforektomi
bilateral. Pasien yang menderita salpingitis periodik akan timbul kerusakan
tuba yang irreversible sehingga menyebabkan hidrosalping, piosalping atau abses
tubo ovarium. Waktu yang terbaik untuk pembedahan adalah saat proses inflamasi
menghilang secara maksimal diantara rekurensi. Pasien dapat disembuhkan setelah
menjalani proses kesembuhan pasca bedah yang sangat rumit. Walaupun terjadi
perlekatan yang luas dalam rongga panggul akibat infeksi pelvis sebelumnya,
pasien biasanya tidak mengalami efek yang berarti selama kehamilannya
(Cunningham, 2005).
2. Adnexitis
a.
Pengertian
Adnexitis adalah infeksi / radang pada adneksa rahim. Adneksa adalah
jaringan yang berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan ovarium
alias indung telur, tempat dimana sel telur diproduksi. Istilah lain yang
sering digunakan untuk menyebut adnexitis adalah PID (Pelvic Inflammatory
Disease), salpingitis parametritis atau salpingo-oophoritis (Sweet, 2000).
b.
Etiologi
Peradangan pada adneksa rahim hamper 90 persen disebabkan oleh infeksi
beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis. Organisme ini naik ke rahim, tuba fallopi, atau ovarium sebagai
akibat dari hubungan seksual, melahirkan, masa nifas, pemasangan IUD (alat KB),
aborsi, kerokan, laparatomi dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak
jauh seperti appendiks. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena
adnexitis antara lain:
1)
Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom
2)
Ganti-ganti pasangan seks
3)
Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun
gonorrhea (kencing nanah)
4)
Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory
disease
5)
Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang
ditularkan melalui aktifitas seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan
penderitanya terinfeksi lewat cara lain (Cunningham, 2005).
c.
Gejala-gejala
1)
Anamnesis
telah menderita adnexitis akut
2)
Nyeri di perut bagian bawah
3)
Dismenorhoe
4)
Menorrhagi
5)
Infertilitas (Prawirohardjo, 1999)
d.
Patofisiologi dari penyakit Adnexitis
Organisme Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis naik ke rahim,
tuba fallopi, atau ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan,
masa nifas, pemasangan IUD (alat KB), aborsi, laparatomi dan perluasan radang
dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks. Sehingga menyebabkan
infeksi atau radang pada adneksa rahim. Adneksa adalah jaringan yang berada di
sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan ovarium alias indung telur, tempat
dimana sel telur diproduksi (Cunningham, 2005).
e.
Diagnosa
Dengan toucher dapat teraba adnex tumor. Adnex
tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hydrosalpinx. Karena perisalpingitis
dapat terjadi perlekatan dengan alat-alat sekitarnya. LED meninggi dan biasanya
ada leko disebut salpingitis isthmica nodosa dimana proses radang hanya nampak
pada pars isthmica berupa tonjolan kecil yang dapat menyerupai myoma. Adnexitis
pada seorang virgo harus menimbulkan kecurigaan pada adnexitis tuberculosa
(Cunningham, 2005).
f.
Terapi :
1)
Antibiotika dan istirahat
2)
UKG
3)
Kalau tidak ada perbaikan dipertimbangkan terapi
operatif (Cunningham, 2005).
3. Tumor Ovarium
a.
Pengertian
Tumor ovarium adalah kista yang permukaannya rata dan halus biasanya
bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besarTumor ovarium adalah kista ada
yang bersifat neoplastik dan non neoplastik (Sarwono, 2005).
Tumor ovarium adalah pertimbuhan jinak yang berkembang dari sel-sel otot
polos. kista ovarium merupakan
suatu pengumpulan cairan yang terjadi
pad indung telur yang
dibungkus oleh semacam semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari
ovarium (Sarwono, 2005)
b.
Etiologi
Belum diketahui secara pasti akan tetapi ada faktor yang menyebabkan tumor
ovarium :
1)
Faktor genetik
2)
Wanita yan menderita kangker payudara
3)
Riwayat kanker kolon
4)
Gangguan
hormonal
5)
Diet tinggi lemak
6)
Merokok
7)
Minum alkohol
8)
Sosial ekonomi yang rendah (Saifuddin, 2002)
c.
Gejala
Letak tumor yang tersembunyi dalam
rongga perut dan sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh
penderita. Pertumbuhan primer diikutioleh infiltrasi kejaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar:
1)
Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
2)
Makan sedikit terasa cepat kenyang
3)
Sering kembung
4)
Nyeri sanggama
5)
Nafsu makan
menurun
6)
Rasa penuh
pada perut bagian bawah
7)
Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung
kemih dna juga tekanan pada dubur
8)
Gangguan
menstruasi (Cunningham, 2005).
d.
Manajemen
Di awal kehamilan ovarium akan membesar, mengakibatkan suspeksi pada
neoplasma. Ovarium berkurang 6 cm dari biasanya dan dari bentuk corpus lotium.
Thornton and Wells (1987) melaporkan dari hasil USG pendekatan konservatif pada
manajemen gangguan ovarium dapat berdasarkan pada karakteristik USG. Mereka
merekomendasikan penelitian pada kehamilan diameternya meningkat 10 cm karena
meningkatnya bahaya pada kanker dan membesarnya sel-sel pembesaran sel 5 cm
atau kurang dapat dikesampingkan sendiri pembesaran sel harus diketahui jika
memiliki pendekatan pada pembesaran sel sederhana. Whiccer dan rekan kerja
perhatian karena setengah dari 41 wanita dengan pembesaran sel sederhana
memiliki neoplasma (Cunningham, 2005).
4. Tumor
jinak
a.
Pengertian tumor jinak
Tumor jinak
ovarium adalah bentuk padat atau kista yang dapat tumbuh secara alami. Tumar
ovarium biasanya asimtomatis sampai mereka besar yang dapat menyebabkan tekanan
pada pelvic ini merupakan deteksi dini dari keganasan (Sarwono, 2005)
b.
Etiologi
1) Sampai sekarang penyebab dari kistik
ovarium belum di temukan secara pasti, tetapi beberapa pendapat para ahli
menyebutkan bahwa individu yang mempunyai riwayat herediter mengidap tumor
presentasinya lebih tinggi daripada yang tidak mempunyai riwayat tumor.
2) Mengenai terjadinya kista ada 2
teori, disebabkan oleh karena perkembangan folikel yang tidak sempurna pada
akhir stadium glastomer. Tumor ini berasal dari perkembangan sel telur yang
tidak di buahi dalam ovarium (Manuaba,1999)
c.
Patofisiologis
Kista ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi dan
kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Pada beberapa keadaan,
kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonadrotropin
diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Kista ini tidak
menimbulkan gejala yang spesipik. Jarang menimbulkan rasa sakit, ruftur atau
perdarahan. Ada yang menghubungkan dengan siklus menstruasi (Wiknjosastro, 2002)
d.
Tanda dan gejala
Gejala akibat tumor ovarium dapat di
jabarkan sebagai berikut :
1) Gejala akibat pertumbuhan
a) Menimbulkan rasa berat di abdomen
bagian bawah
b) Mengganggu BAK atau defekasi
c) Tekanan tumor dapat menimbulkan
obstipasi atau edema pada tungkai bawah.
2) Gejala akibat perubahan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon wanita, sehingga bila
menjadi tumor menimbulkan gangguan siklus menstruasi. Gejala klinik akibat
komplikasi yang terjadi pada tumor yaitu, terjadi perdarahan, menimbulkan
gejala klinik nyeri abdomen (Cunningham, 2005).
e.
Gambaran klinis
Penemuan kista folikel dapat dilakukan melalui
pemeriksaan USG transvaginal. Diagnosis banding kista folikel adalah
salpingitis, endometriosis, kista lutein dan kista neoplastik lainnya (Sarwono,
2005).
f.
Penatalaksanaan
Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan
melakukan peralatan laparaskopi. Pastikan dulu bahwa kista yang akan dilakukan
fungsi adalah kista folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan
kemudian kista tersebut tergolong neoplastik ganas, maka cairan tumor invasif
akan menyebar didalam rongga peritoneum (Sarwono, 2005).
5. Kista Ovarium
a.
Pengertian kista ovarium
Kista ovarium adalah bentuk atau jenis yang paling
sering terjadi pada ovarium yang mempunyai struktur dinding yang tipis,
mengandung cairan serosa dan sering terjadi selama masa menopouse (Sarwono,
2005).
Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul
dari bagian ovum yang normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya tidak
teridentifikasi dan terdiri atas sel- sel embrional yang tidak berdiferensiasi,
kista ini tumbuh lambat dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung
material sabasae kental berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit
(Cunningham, 2005).
Kista adalah kantong berisi cairan, kista
seperti balon berisi air, dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-
macam. Kista yang berada di dalam maupun permukaan ovarium (indung telur)
disebut kista ovarium atau tumor ovarium (Sweet, 2000).
b.
Klasifikasi
Pembagian kista ovarium berdasarkan
non neoplastik dan neoplastik yaitu :
1) Non neoplastik
a) Kista folikel
b) Kista korpus luteum
c) Kista teka lutein
d) Kista inklusi germinal
e) Kista endometrium
f) Kista stein-levental
2) Neoplastik
a) Kista ovari simpleks
b) Kista denoma ovari musinosum
c) Kista denoma ovari serosum
d) Kista endometrioid
e) Kista dermoid (Manuaba, 1999)
Pembagian kista ovarium berdasarkan
lokasi :
1) Kista bebas (penduculata)
a) Gerakan bebas
b) Batas jelas
2) Kista intraligamentair
a) Letaknya diantara 2 ligamentum
b) Gerakan terbatas
c) Tampak pembuluh darah yang bersilang
satu sama lain
3) Kista pseudo intraligamentair
a) Letaknya diluar ligamentum
b) Gerakannya terbatas, karena
perlekatan (infeksi, metafase)
c) Gambaran pembuluh darah bebas
(Manuaba, 1999)
c.
Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari kista ovarium belum
sepenuhnya diketahui, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan
dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium hipotalamus.
Beberapa dari literatur menyebutkan bahwa penyebab terentuknya kista pada
ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi. Fungsi ovarium
yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah
satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah
yang tepat. Ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista
didalam ovarium (Cunningham, 2005).
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab
inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe
kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak
ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium
yang tidak terkontrol (Cunningham, 2005).
Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah
yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil
ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal
tubuh seperti rambut dan gigi. Kista ini disebut dengan kista dermoid (Sarwono,
2005)
d.
Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan
melalui tindakan bedah bila ukurannyakurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan/ fisiologis pada pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista
(Wiknjosastro, 2002).
Sekitar 80% lesi yang pada wanita berusia 29 tahun dan
yang lebih muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan
paska operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa
dengan perawatan setelah pembedah abdomen dengan satu pengecualian. Penurunan
tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat
dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan guruta abdomen yang ketat
(Sweet, 2000).
e.
Pemeriksaan penunjang
1) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas
tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih. Apakah
tumor kistik atau solid dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
2) Laparaskopi
Dengan laparaskopi, alat teropong ringan dan tipis
dimasukkan melalui pembedahan kecil dibawah pusar untuk melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontohan untuk biopsy.
3) Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam tumor (Cunningham, 2005).
6.
Dismenore
a.
Pengertian
Dismenore adalah nyeri perut
yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya
dan dismenore sekunder jika penyebabnya adalah kelainan kandungan.
Dismenore terdiri atas 2 tipe
yang berbeda yaitu primer dan sekunder. Dismenore primer adalah
nyeri pada daerah pelvis (panggul) yang terjadi selama haid akibat
prostaglandin yang dihasilkan secara alamiah. Seringkali terdapat pada usia
remaja yang baru mulai mengalami siklus haid. Pada banyak kasus, umumnya nyeri
haid akan berkurang dengan bertambahnya usia. Selain itu nyeri haid juga dapat
berkurang pada wanita yang telah melahirkan anak. Namun pada beberapa wanita
nyeri yang terjadi dapat berlangsung terus dan menetap selama periode haidnya.
Sementara dismenore sekunder
adalah nyeri yang terjadi diluar siklus haid dan bukan akibat prostaglandin
alamiah. Terjadinya biasanya pada usia yang lebih lanjut dibandingkan dengan
dismenore primer dan nyeri pada tipe ini seringkali berlangsung lebih lama
dibandingkan dengan kram normal pada umumnya. Sebagai contoh, nyeri pada
dismenore sekunder dapat timbul jauh sebelum periode haid dimulai, nyeri dapat
bertambah hebat selama periode haid dan tidak menghilang setelah periode haid
berakhir (Sarwono,
2005).
b.
Penyebab
Selama periode haid, uterus
(rahim) mengalami kontraksi. Kadangkala pada saat uterus berkontraksi,
penderita merasakan nyeri kram. Otot-otot pada uterus akan berkontraksi pada
saat prostaglandin dihasilkan. Prostaglandin adalah zat kimia yang dihasilkan
oleh dinding uterus. Sesaat sebelum terjadinya haid, kadar prostaglandin akan
meningkat dan pada saat awal terjadinya haid, prostaglandin berada dalam kadar
yang tinggi. Pada saat mulai terjadi haid maka kadar prostaglandin kemudian
akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan nyeri haid cenderung dirasakan
berkurang setelah beberapa hari pertama terjadi haid (Sweet,
2000).
Dua penyebab paling umum dari
dismenore sekunder adalah endometriosis dan fibroid. Endometriosis adalah suatu
keadaan dimana jaringan dinding uterus terdapat di luar uterus, misalnya di
ovarium atau tuba falopi. Jaringan tersebut akan memberikan respon terhadap
adanya perubahan hormonal setiap bulannya sehingga dapat luruh dan juga
menyebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan
rasa nyeri, terutama sesaat sebelum, selama, dan setelah periode haid.
Sementara fibroid adalah suatu tumor jaringan otot atau pertumbuhan jaringan
yang terjadi di luar, di dalam, atau pada dinding uterus. Tumor jenis ini
bukanlah kanker, namun dapat menyebabkan nyeri dan terjadinya perdarahan haid
yang banyak (Cunningham, 2005).
Dismenore sekunder lebih
jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab
dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan
tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian
IUD. (Sarwono Prawirohardjo,2010.Ilmu Kebidanan Dan Kandungan.PenerbiT ECG)
(Cunningham, 2005).
c.
Faktor
Risiko
Biasanya dismenore primer
timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama.
Sedangkan dismenore sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun. Faktor
lainnya yang bisa memperburuk dismenore adalah:
1)
Rahim yang
menghadap ke belakang (retroversi)
2)
Kurang
berolahraga
3)
Stres psikis
atau stres social (Prawirohadjo, 1999).
d.
Gejala dan
Tanda
Nyeri pada perut bagian bawah,
yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan
sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus
ada
(Cunningham, 2005).
Biasanya nyeri mulai timbul
sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam
dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit
kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi
muntah (Sweet,
2000).
e. Penatalaksanaan
Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan
menghilangnya dismenore primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran
saraf rahim akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan.Untuk
mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya
ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika
mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2
menstruasi (Sarwono, 2005).
Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa
dikurangi dengan:
1)
Berolahraga,
olahraga beberapa kali seminggu dapat membuat penderita merasa lebih baik.
Olahraga yang dapat dilakukan antara lain jalan, jogging, bersepeda, atau
berenang, yang membantu dihasilkannya zat-zat kimia yang dapat menghambat
nyeri.
2)
Pemanasan, mandi
dengan air hangat atau memanaskan daerah perut dengan botol atau kantung berisi
air hangat dapat mengurangi rasa nyeri.
3)
Tidur yang
cukup sebelum dan selama periode haid dapat membantu penderita untuk lebih
mampu menanggulangi rasa tidak nyaman.
4)
Hubungan
seksual, orgasme dapat meredakan kram yang terjadi pada beberapa wanita.
5)
Relaksasi,
dapat berupa meditasi atau latihan yoga karena teknik-teknik yang digunakan
dalam relaksasi dapat membantu penderita lebih mampu mengatasi rasa nyeri
(Cunningham, 2005).
7. Menorrhagia
a.
Pengertian
Menorrhagia adalah istilah
untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan yaitu kehilangan lebih dari 80ml
selama periode menstruasi. Studi populasi menunjukkan bahwa kehilangan darah
menstruasi yang normal adalah 30-40 ml (Sweet, 2000)
b.
Gejala
Tanda dan
gejala menorrhagia antara lain:
1)
Aliran darah
menstruasi membasahi satu atau lebih
pembalut setiap jam untuk beberapa jam secara berturut-turut.
2)
Membutuhkan
pembalut yang berlapis untuk mengontrol aliran darah yang keluar.
3)
Perlu
mengganti pembalut secara sering pada saat malam hari.
4)
Periode
menstruasi berhenti dalam waktu lebih dari tujuh hari.
5)
Terdapat
gumpalan darah.
6)
Mempengaruhi
aktifitas rutin sehari-hari.
7)
Kelelahan,
lemah atau napas pendek (gejala anemia) (Cunningham, 2005).
c.
Penyebab
Menorrhagia
Penyebab
Menorrhagia dapat diuraikan sebagai (1-4):
1)
Dalam
kebanyakan kasus (40-60%) penyebab Menorrhagia tidak diketahui. Ini disebut
perdarahan disfungsional dan mempengaruhi empat sampai enam dari sepuluh kasus.
2)
Endometriosis
adalah penyebab lain untuk perdarahan berat.
3)
Infeksi dari
pelvis. Infeksi chlamydial dapat menyebabkan Menorrhagia.
4)
Kondisi
medis seperti pendarahan atau pembekuan gangguan darah dapat menyebabkan
Menorrhagia. Pada pasien tersebut ada kekurangan enzim dan agen yang
menyebabkan darah menggumpal setelah pendarahan episode atau luka atau cedera.
Hal ini menyebabkan pendarahan yang berlebihan. Pendarahan gangguan adalah
penyebab umum Menorrhagia.
5)
Medis
gangguan jantung, ginjal, hati atau tiroid juga dapat menyebabkan Menorrhagia.
6)
Gangguan
hormon dapat juga menyebabkan perdarahan berat. Perempuan yang tidak berovulasi
secara teratur (misalnya mereka yang menderita dari polikistik Ovarium
syndrome) dan orang-orang dengan tiroid kurang aktif mungkin menderita dari
Menorrhagia.
7)
Penyebab
umum perdarahan haid berat adalah pertumbuhan jaringan dalam rahim. Ini
biasanya non-kanker atau jinak.
8)
Wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi intra-Uterin (IUCD yang terlupakan, atau kumparan)
mungkin mengeluh Menorrhagia. Perangkat baru yang juga melepaskan hormon yang
disebut sistem intra-Uterin (IUS) namun dapat membantu mengobati berat priod.
9)
Beberapa
obat dapat menyebabkan perdarahan berat. Ini termasuk Warfarin, Aspirin dan
kanker obat kemoterapi. Obat-obatan dua mengakibatkan kekurangan dalam
mekanisme pembekuan darah dan menyebabkan perdarahan haid berat
(Cunningham, 2005).
d.
Perawatan
1)
Non-steroidal
anti-inflammatory drugs (NSAID)
Perempuan dengan Menorrhagia terutama dengan kram manfaat dari obat-obatan
anti-inflamasi Non-Steroid (NSAID) atau obat penghilang rasa sakit.
2)
Melepaskan
hormon intrauterine perangkat (Intra-Uterine IUDs)
Kebanyakan wanita mendapat manfaat dengan melepaskan hormon intrauterine
perangkat (Intra-Uterine IUDs).
Sistem intra-Uterin levonorgestrel (LNG-IUS) merupakan salah satu perangkat
tersebut. Perangkat ini dimasukkan ke dalam rahim dan akan disimpan di dalam
untuk hampir lima tahun.
Efek samping dari LNG IUS yang tidak teratur pendarahan selama enam bulan
atau lebih, payudara kelembutan, kecenderungan untuk jerawat, sakit kepala dan
tidak ada periode pada semua dll.
LNG IUS mengurangi kehilangan darah 71-96% di sebagian besar wanita dan
pengobatan pilihan pertama untuk perempuan dengan Menorrhagia.
3)
Pil
kontrasepsi oral
Beberapa wanita mungkin perlu pil kontrasepsi oral. Ini berisi estrogen dan
progesteron.
Komponen progesteron terutama membantu mengurangi pendarahan. Pada wanita dengan gangguan hormon seperti ovarium polikistik atau dengan
kurangnya pelepasan telur dari indung telur (anovulatory siklus) OCP mungkin
dapat bermanfaat.
4)
Asam
Tranexamic
Tranexamic asam dapat digunakan pada wanita dengan berat perdarahan haid.
Hal ini memungkinkan pembekuan darah dan mengurangi kecenderungan pendarahan.
Efek sementara dan kurang dari IUD melepaskan hormon.
5)
Gonadotropin
- dilepaskan hormon agonists
Gonadotropin - dilepaskan hormon agonists digunakan secara jangka pendek
untuk mengurangi aliran darah. Mereka menghambat pituitari (kelenjar kecil di
otak) rilis FSH dan LH. Ini menekan indung telur.
6)
Operasi
Operasi fibroid (myoma) dan polip rahim mungkin menyarankan agar pendarahan
yang berlebihan. Penghapusan myoma disebut Miomektomi.
Beberapa wanita dapat menjalani operasi untuk penghapusan endometrium atau
lapisan Rahim (Cunningham, 2005).
TINJAUAN
KASUS
Manajemen
Varney Pada Ny. M Dengan Kista Ovarium
I.
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama :
Ny. M Nama
suami : Tn. S
Umur :
45 tahun Umur :
49 tahun
Suku/ bangsa : Aceh/ indonesia Suku/
bangsa : Aceh/indonesia
Agama :
Islam Agama :
Islam
Pendidikan : SD Pendidikan
: SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan
: Nelayan
Alamat rumah : Keutapang Alamat
rumah : Keutapang
Telp :
- Telp : -
Alamat kantor : - Alamat
kantor : -
Telp
: - Telp : -
B.
DATA SUBJEKTIF
Pada tanggal : 27 November 2013 Pukul : 13.30
WIB
1.
Alasan berkunjung : ingin memeriksakan kesehatan
2.
Keluhan Utama : nyeri perut pada bagian bawah, perut terasa penuh, nyeri
saat berhubungan
3.
Riwayat menstruasi :
Menarche
: umur 13 tahun
Siklus : 26 hari
Banyaknya
: 3 x ganti duk
Dismenerhoe
: Ada
Teratur/
tidak : tidak teratur
Lamanya : 7-8 hari
4.
Pola Kesehatan :
a.
Pola Makan :
Diet/
makan : 3 x sehari
Komposisi
makan : nasi, sayur- sayuran,
lauk pauk, buah
b.
Pola Eliminasi :
BAB : 1 x sehari
BAK :
5 x dalam sehari
c.
Kebersihan Vagina :
Ganti
pakaian dalam : 3 x/ hari
Keputihan
: tidak
Iritasi
Vagina :
tidak
Keluar
cairan : encer
Pemakaian
obat cebok : tidak ada
d.
Pemakaian obat-obatan hormonal : tidak
ada
e.
Kebersihan Payudara :
Pemeriksaan
Sadari : tidak dilakukan
Jadwal
Sadari : tidak dilakukan
Informasi
diperoleh dari :
Bidan Dokter Dll
f.
imunisasi catin : tidak
g.
aktifitas sehari- hari : Sedang
h.
Pola istirahat dan tidur :
Malam
: 8 jam
Siang :
2 jam
i.
Pola Seksual :
Frekuensi :
4 x/ seminggu
Kelainan
seksual : tidak ada
Di
inginkan : ya
Keluhan
yang dirasakan
1)
Pengeluaran darah : tidak ada
2)
Nyeri saat berhubungan : ada
3)
Rasa sakit yang dirasakan : ada
j.
kontrasepsi yang pernah digunakan
Pil :
ada
Suntik
: ada
IUD/
AKDR :
-
AKBK :
-
Kondom :
-
Vasektomi :
-
Tubektomi :
-
Lain-
lain :
-
k.
Riwayat kehamilan : Normal
l.
Riwayat persalinan : Normal
m.
Riwayat Nifas :
Pernah
menyusui : Ya
Teratur :
Ya
Berapa
kali :
tidak teratur
Rasa
nyeri saat menyusui : ada
Pengeluaran
ASI : lancar
n.
Riwayat Abortus : tidak ada
5.
Riwayat Obstetri :
a.
Infeksi radang panggul :
tidak ada
b.
HIV/ AIDS : tidak ada
c.
Infeksi Genetalia :
Vivitis
: tidak
ada
Vaginatis
: tidak
ada
Servisitis
: tidak
ada
Endometriti : tidak ada
d.
Infeksi saluran reproduksi :
Gonorhoe
: tidak
ada
Sifilis :
tidak ada
Trikomoniasis : tidak ada
Klaminidia : tidak ada
Ulkus
Mole : tidak
ada
e.
Gangguan menstruasi :
Hipermenore : tidak ada
Hipomenore :
tidak ada
Polimenore
: ada
Aligomenore
: tidak ada
Amenore
: ada
Lain-
lain :
tidak ada
f.
Kanker Reproduksi :
Kanker
Payudara : tidak ada
Kanker
Rahim : tidak
ada
6.
Penyakit Keluarga :
Infertilitas
:
tidak ada
Hipertensi
: tidak
ada
DM
:
tidak ada
Jantung
:
tidak ada
Lain-
lain :
tidak ada
7.
Riwayat sosial :
a.
Status perkawinan
Kawin :
1 kali
Umur
:
20 tahun
Dengan
suami umur : 25 tahun
Lamanya : 25
tahun
Anak :
4 orang
b.
KDRT :
tidak ada
c.
Diskriminasi dalam keluarga : tidak ada
8.
Perilaku Kesehatan :
Gangguan
Alkohol/ Sejenisnya : tidak ada
Obat-obatan
/ jamu :
tidak ada
Merokok
/ makan sirih : tidak ada
9.
Pola Pergaulan Remaja :
a.
Tempat hiburan yang biasa dikunjungi :
Diskotik :
tidak ada
Party :
tidak ada
Pailai :
tidak ada
Lain-
lain :
tidak ada
b.
Berapa kali : -
c.
Aktivitas Spiritual :
Pengajian : tidak
Remaja
mesjid : tidak
Lain- lain : tidak ada
C.
DATA OBJEKTIF
1.
Keadaan umum : Baik
Keadaan
emosional : Stabil
2.
Tanda vital :
Tekanan
Darah :
120/80 mmHg
Denyut
Nadi : 84 x/ menit
Pernafasan : 23 x/ menit
Suhu
tubuh : 37 °C
TB
: 154 cm
BB : 51 Kg
3.
Pemeriksaan Genetalia :
Vulva
dan Vagina :
Luka : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Nyeri : ada
Gatal-
gatal : tidak ada
Instansi : tidak ada
Lain-
lain : tidak ada
Keluarnya cairan : keputihan, berbau
Perineum
:
Bekas luka : tidak ada
Luka parut : tidak ada
Kelainan perineum : tidak ada
4.
Uji Diagnostik :
a.
Pemeriksaan laboratorium : Ada
Haemoglobin :
12,6 gr%
Haemotokrit : -
Golongan
darah :
B
Rheusus
:
-
Pemeriksaan
urine : -
Protein :
-
Albumin :
-
5.
Palpasi abdomen : uterus terdapat benjolan pada perut bagian bawah
sebelah kanan
II.
INTERPRETASI DATA
a. Diagnosa : Ny.M, umur 45 tahun dengan kista
ovarium
b. Masalah
1.
Nyeri perut bagian bawah
2.
Abdomen terasa penuh
3.
Nyeri saat sanggama
4.
Menstruasi tidak teratur
c. Kebutuhan
1.
Dukungan emosional
2.
Beri penyuluhan kesehatan
3.
Kolaborasi dengan dokter obgyn
III.
ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadinya adanya gangguan
dalam pembentukan estrogen dan gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi.
IV.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLOBORASI
Koloborasi : Pemeriksaan penunjang lain
untuk menegakkan diagnosa secara patolog anatomis, pengobatan serta
penatalaksanaan lebih lanjut dengan dokter spesialis Obgyn
V.
RENCANA TINDAKAN
1.
beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu
R/
ibu mengerti tentang kondisi kesehatannya
2.
berikan dukungan emosional kepada ibu
R/
ibu mendapat dukungan
3.
anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
diri
R/
ibu segera melaksanakan
4.
anjurkan ibu untuk mengganti pakaian
dalam sesering mungkin
R/
ibu segera melaksakan
5.
anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
± 8 jam / hari
R/
ibu mengerti dan melaksakannya
6.
anjurkan ibu untuk makan makanan yang
bergizi seperti : ikan, telur, tahu, tempe dan sayuran berwarna hijau
R/
ibu mengerti dan melaksanakannya
7.
anjurkan ibu untuk menghindari makanan
yang mengandung lemak
R/
ibu mengerti dan melaksanakannya
8.
anjurkan ibu untuk menghindari makanan
yang mengandung bahan pengawet atau makanan siap saji
R/
ibu mengerti dan melaksanakannya
9.
anjurkan ibu untuk menghindari makanan
yang mengandung zat pewarna
R/ibu
mengerti dan melaksakannya
10.
anjurkan ibu untuk sering cek ulang
kesehatan ke dokter spesialis kandungan
R/
ibu segera melaksanakannya
VI.
IMPLEMENTASI/TINDAKAN
1.
Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
2.
Memberikan dukungan emosional kepada ibu
3.
Menganjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri
4.
Menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian
dalam sesering mungkin
5.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup ± 8 jam / hari
6.
Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang bergizi seperti : ikan, telur, tahu, tempe dan sayuran berwarna hijau
7.
Menganjurkan ibu untuk menghindari
makanan yang mengandung lemak
8.
Menganjurkan ibu untuk menghindari
makanan yang mengandung bahan pengawet atau makanan siap saji
9.
Menganjurkan ibu untuk menghindari
makanan yang mengandung zat pewarna
10.
Menganjurkan ibu untuk sering cek ulang
kesehatan ke dokter spesialis kandungan
VII.
EVALUASI
Tanggal :
27 November 2013
Pukul :
13.30 WIB
1.
Ibu mengatakan telah mengerti tentang
penjelasan yang telah diberikan
2.
Ibu dapat mengulang kembali penjelasan
Asuhan
Kebidanan Pada Ny. M Dengan Kista Ovarium
S : Ny. M berusia 45 tahun datang ke BPM
ingin memeriksakan kesehatannya. Ibu mengatakan perut terasa penuh dan nyeri
dibagian bawah. Ibu juga mengeluh nyeri saat berhubungan. Menstruasi ibu tidak
teratur.
O : Pemeriksaan Umum
1.
Keadaan umum : Baik
Keadaan
emosional : Stabil
TB
: 154
cm
BB : 51 Kg
2.
Tanda vital :
Tekanan
Darah :
120/80 mmHg
Denyut
Nadi : 84 x/ menit
Pernafasan : 23 x/ menit
Suhu
tubuh : 37 °C
Pemeriksaan Khusus
1.
Inspeksi :
a.
Kepala :
Rambut : Hitam,bersih,tidak rontok,tidak
berketombe
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak kuning
Muka : Tidak ada oedema
Mulut
: Tidak ada stomatitis
Gigi : Tidak ada caries
b.
Leher :
Tidak ada pembesaran kalenjer tyroid dan limfe
c.
Dada :
Mammae : Simetris kiri dan kanan, puting susu
menonjol
Aerola : hiperpigmentasi.
Benjolan : Tidak ada
Rasa
nyeri : Tidak ada
d.
Punggung dan pinggang : Lordosis
e.
Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada bekas luka operasi pada
dinding uterus, striae tidak ada
Palpasi :
Teraba benjolan pada perut bagian bawah sebelah kanan
f.
Pemeriksaan Genetalia :
Vulva
dan Vagina :
Luka : tidak ada
Kemerahan : ada
Nyeri : ada
Gatal-
gatal : tidak ada
Instansi : tidak ada
Lain-
lain : tidak ada
Keluarnya cairan : keputihan, berbau
Perineum
:
Bekas luka :
tidak ada
Luka parut :
tidak ada
Kelainan perineum : tidak ada
Uji
Diagnostik
1.
Pemeriksaan laboratorium : Ada
Haemoglobin :
12,6 gr%
Haemotokrit : -
Golongan
darah :
B
Rheusus
: -
Pemeriksaan
urine : -
Protein :
-
Albumin :
-
A : Ny.M usia 45 tahun dengan kista
ovarium.
K/u ibu baik
P :
1.
Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
2.
Memberi dukungan emosional kepada ibu
3.
Menganjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri
4.
Menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian
dalam sesering mungkin
5.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang
cukup ± 8 jam / hari
6.
Menganjurkan ibu untuk makan makanan
yang bergizi seperti : ikan, telur, tahu, tempe dan sayuran berwarna hijau
7.
Menganjurkan ibu untuk menghindari
makanan yang mengandung lemak
8.
Menganjurkan ibu untuk menghindari
makanan yang mengandung bahan pengawet atau makanan siap saji
9.
Menganjurkan ibu untuk menghindari
makanan yang mengandung zat pewarna .
10.
Menganjurkan ibu untuk sering cek ulang
kesehatan ke dokter spesialis kandungan
11.
Ibu mengerti dan mau melakukan kontrol
ulang ke dokter spesialis kandungan
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Dari data subjektif ibu M berusia 45
tahun datang ke BPM ingin memeriksakan kesehatannya. Ibu mengatakan perut
terasa penuh dan nyeri dibagian bawah. Ibu juga mengeluh nyeri saat
berhubungan. Menstruasi ibu tidak teratur.
2.
Dari data objektif keadaan umum ibu baik,
TD : 120/80mHg, N : 84 x/m, RR : 23 x/m, T : 37°C, pada hasil palpasi teraba
benjolan pada perut, pada pemeriksaan vagina terdapat kemerahan, keluarnya
cairan keputihan dan berbau. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil HB
; 12,6 gr%, haematokrit : 35,6, dan golongan darah : B.
3.
Dari assasment ibu M usia 45 tahun
dengan kista ovarium, dan keadaan umum ibu baik
4.
Dari planning didapatkan bahwa ibu harus
menghindari makanan yang mengandung lemak, berpengawet, mengandung zat warna,
dan memperbanyak makan-makanan bergizi seperti sayuran, buahan, ikan, telur,
tahu, tempe.
B. Saran
Agar
mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai kelainan ovarium, dan dapat
menerapkan asuhan kebidanan patologi
DAFTAR
PUSTAKA
Cunningham, F. Gray, F Norman, Levenu,
Kenneth, et all : obstetri williams Edisi 21, 2005 Jakarta ; EGC
Manuaba Ida Bagus Gde. 1999, Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Arcan
Mochtar Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri.
Jakarta ; EGC
Prawirohardjo, Sarwono, 1999, ilmu
kebidanan, edisi 3, Jakarta ; YBP
Saifuddin, 20202, Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta ; YBP
Sweet, Betty R, 2000, Mayer’s Midwifery
A Textbook For Midwifes. London. Bailliere Tindall