BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Persalinan adalah proses fisiologi dimana uterus mengeluarkan
atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu
atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2007).
Perdarahan Post Partum adalah perdarahan
lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Pada kasus
perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri menjadi penyebab lebih
dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran
bayi (Cunningham, 2005). Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Nugroho, 2012)
Ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana
mestinya setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia
uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi (Wiknjosastro,2002).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
menyebutkan bahwa AKI pada tahun 2007 sebesar 228/100000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu ini turun dibandingkan pada tahun 2002 yang mencapai 307/100000
kelahiran hidup (Departemen Kesehatan Indonesia, 2007). Penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (60-70%), preeklamsi dan eklamsi
(10-20%), dan infeksi (10-20%). Sedangkan penyebab tidak langsungnya seperti tidak
terjangkaunya ke tenaga kesehatan di suatu daerah, kemiskinan, terjadinya
anemia dan keterlambaan memberi pertolongan (Manuaba, 2007).
Prevalensi didalam chapman (2006), 5 % dari semua
kelahiran , penyebab perdarahan post
partum yang tertinggi yaitu 70% disebabkan oleh atonia uteri. Diperkirakan ada
14 juta kasus perdarahan kehamilan setiap tahun paling sedikit 128.000 wanita
mengalami perdarahan sampai meninggal. Hal ini sangat memprihatinkan dan
diperlukan asuhan asuhan kebidanan yang lebih terampil dalam hal ini.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Agar mahasiswi dapat
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri.
2.
Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswi dapat mengumpulkan data Subjektif pada ibu
bersalin dengan atonia uteri
b. Agar mahasiswi dapat mengumpulkan data Objektif pada ibu
bersalin dengan atonia uteri.
c. Agar mahasiswi dapat menegakkan Assesment pada ibu
bersalin dengan atonia uteri.
d. Agar mahasiswi dapat melaksanakan Planning pada ibu
bersalin dengan atonia uteri.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Persalinan
1.
Definisi
Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus
mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa
kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2007).
2.
Pembagian Persalinan
Menurut
cara persalinan dibagi menjadi :
a. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses
kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin
letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran
plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24
jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.
b. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan
bantuan alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea
(Saifuddin, 2001).
3.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Persalinan
Ada
beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
a. Tenaga atau Kekuatan (power) ;
his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma
pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan
mendorong dan lama persalinan.
b. Janin (passanger) ; letak
janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta.
c. Jalan Lintas (passage) ;
ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk membuka, kemampuan kanalis
vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.
d. Kejiwaan (psyche) ; persiapan
fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan
intregitas emosional (Prawirohardjo, 2006).
4.
Tanda
Persalinan
a. Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum
terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory
stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1.
Lightening atau settling atau dropping yaitu
kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada
multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru masuk pintu atas
panggul menjelang persalinan.
2.
Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri
menurun.
3.
Perasaan sering-sering atau susah kencing
(polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4.
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh
adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (false labor pains).
5.
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan
sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).
b. Tanda in-partu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih
kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah
yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3. Dapat disertai ketuban pecah dini.
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan
terjadi pembukaan serviks.
c. Tahap Persalinan
Tahap
persalinan meliputi 4 fase/kala :
1. Kala
I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten berlangsung selama 7-8
jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif
dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm
tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan
menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10
cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri
telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang
pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida
2 cm tiap jam.
2. Kala II : Kala pengeluaran
karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai
lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada
multipara.
3. Kala III : Kala uri/plasenta
terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi
lahir.
4. Kala IV :
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat
tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi
dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan (Saifuddin, 2006).
B. Atonia
Uteri
1.
Definisi
Atonia
Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi
tidak terkendali. (Nugroho, 2012).
Ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana
mestinya setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia
uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi (Wiknjosastro,2002).
2.
Faktor Predisposisi
Beberapa faktor
Predisposisi menurut Depkes RI (2007), yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh
Atonia Uteri, diantaranya adalah :
a.
Yang menyebabkan uterus
membesar lebih dari normal selama kehamilan seperti polihidramnion, kehamilan gemelli, Janin besar (makrosomia)
b. Pemanjangan masa persalinan dan sulit
c.
Persalinan cepat (partus
presipitatus)
d.
Persalinan yang diinduksi atau
dipercepat dengan oksitosin
e.
Infeksi intrapartum
f.
Grandemultipara
(paritas 5 atau lebih)
g.
Kehamilan
dengan mioma uteri
h.
Persalinan
lewat waktu
i.
Salah penanganan kala III persalinan,
dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan
plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
Menurut Depkes RI (2007), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri
adalah :
a.
Regangan
rahim berlebihan selama kehamilan akibat kehamilan gameli, polihidramnion, atau
anak terlalu besar
b. Kelelahan karena persalinan lama
c. Kehamilan grande-multipara
d. Ibu dengan keadaan umum yang buruk, anemis, atau
menderita penyakit menahun.
e. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya
f. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri
g. Infeksi intrauterin (korioamnionitis).
3.
Penatalaksanaan Atonia Uteri
a. Masase Fundus Uteri segera setelah
lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
Pemijatan merangsang kontraksi
uterus sambil dilakukan penilaian kontraksi uterus.
b.
Bersihkan bekuan darah atau
selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan
saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.
c.
Pastikan bahwa kantung kemih
kosong
Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus
berkontraksi secara baik.
d.
Lakukan kompresi bimanual
internal selama 5 menit
Kompresi
uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding
dalam uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi;
e.
Anjurkan keluarga untuk
melakukan kompresi bimanual eksternal
Keluarga
dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda
melakukan langkah-langkah selanjutnya.
f.
Keluarkan tangan
perlahan-lahan.
g.
Berikan ergometrin 0,2 mg IM
(jangan diberikan jika hipertensi)
Ergometrin
akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus.
h.
Pasang infus menggunakan jarum
ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc ringer laktat + 2 ampul oksitosin.
i.
Ulangi kompresi bimanual
internal
KBI yang
digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus
berkontraksi.
j.
Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Teruskan melakukan KBI
Kompresi
uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding uterus dan
merangsang myometrium untuk berkontraksi.
k.
Lanjutkan infus ringer laktat +
2 ampul
oksitosin dalam 500 ml larutan dengan laju 500 ml/jam hingga tiba di tempat
rujukan. Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang
selama peredarahan. (Depkes RI, 2007).
BAB III
TINJAUAN
KASUS
Tanggal pemeriksaan : 09 – 04 - 2014
Waktu : 02.00 Wib
Tempat :
PKM Sukamakmur
A.
Identitas/Biodata
Nama : Ny. Melda Nama suami : Tn. Zahdan
Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan
: SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : SWASTA
Suku/bangsa : Aceh/Indonesia Suku/Bangsa
: Aceh/Indonesia
Alamat : Lamtanjong Alamat
: Lamtanjong
S :
Ibu M datang ke PKM Sukamakmur dengan keluhan ingin melahirkan. Sakit
perut menjalar ke pinggang. Keluar lendir bercampur darah. Ini merupakan kehamilan yang ke 2. Gerakan anak masih dirasakan. Setelah dianamnesa
lebih dalam, didapatkan data bahwa ibu tidak mengkonsumsi tablet FE selama
trimester 2 dan 3. Ibu juga mengatakan bahwa ibu mengalami atonia uteri pada
persalinan anak pertamanya yang disebabkan karena janin memiliki berat badan
3800 Gram. Haid terakhir ibu tanggal 28 – 07 – 2013.
O : K/u
Baik
TTP : 04 – 04 - 2014
BB : 61 Kg
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 78x / menit
Respirasi :
28x / menit
Suhu : 36,8 º C
Leopold
1 :
3 Jari dibawah Processus Xifoideus
Leopold
2 :
Puka
Leopold
3 :
Presentasi Kepala
Leopold
4 :
Divergen
TFU : 33 cm
TBBJ :
3300 Gram
DJJ : 148x / menit
HIS : 2x / 10 menit, 35 detik
VT : Pembukaan
: 3 cm
Porsio : Tebal
Penurunan : 4/5
Ketuban : Utuh
Pemeriksaan Penunjang :
HB : 9,6 gr%
A : G2 P1 A0
usia kehamilan 37 minggu kala 1 fase laten
k/u ibu dan janin baik
P : 1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
2. Memantau DJJ, kontraksi,nadi setiap 30 menit. Suhu,
TD, dan pembukaan setiap 4 jam sekali.
3. Memberikan support mental dan mengajarkan ibu
macam-macam posisi persalinan.
4. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri.
5. Memberikan ibu makan dan minum.
6. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan untuk
mempercepat proses persalinan.
7. Menganjurkan ibu untuk tarik nafas lewat hidung
dan keluarkan melalui mulut di sela-sela his.
8. Memberitahukan ibu tanda-tanda persalinan seperti doran,
teknus, perjol, vulka dan crowning.
9. Kemajuan persalinan baik.
KALA III
(09.20 WIB)
S : Ibu mengatakan masih terasa mules.
O : a. Sudah
ada tanda-tanda pelepasan plasenta, seperti :
1.
perubahan bentuk uterus
2.
tali pusat memanjang
3.
semburan darah tiba-tiba
b. Kontraksi : Baik
c. Kandung kemih : Kosong
d. TFU : Setinggi Pusat
A : Kala III pelepasan plasenta
k/u ibu baik
P : 1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
2. Melaksanakan Peregangan Tali Pusat Terkendali
(PTT)
3. Melahirkan plasenta dengan tekanan dorso-cranial
4. Melakukan masase uterus selama 15 detik (evaluasi
: uterus tidak berkontraksi)
5. Melakukan tindakan Kompresi Bimanual Internal
(KBI) agar uterus berkontraksi dan dapat menghentikan perdarahan.
6. Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dan dukungan pada ibu.
KALA IV
(09.40 WIB)
S : Ibu mengatakan senang
dengan kelahiran bayi perempuannya. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules.
O : k/u baik
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 78x / menit
Suhu : 36,5 º C
TFU : Setinggi pusat.
HIS : Teraba
lembek, setelah 15 detik plasenta lahir uterus tidak berkontraksi
Perdarahan :
550 cc
Kemih :
kosong
A : Ibu kala IV persalinan dengan atonia uteri
k/u lemah
P : 1. Memberitahukan ibu dan keluarga
mengenai hasil pemeriksaan.
2. Menghentikan perdarahan dengan tindakan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit. Dengan cara sebagai berikut :
a. Memakai sarung tangan steril, kemudian
dengan lembut memasukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) melalui
introitus ke dalam vagina ibu.
b. Memeriksa vagina dan serviks, bersihkan selaput ketuban atau bekuan darah pada
kavum uteri.
c.
Mengepalkan tangan dalam dan tempatkan
pada forniks anterior tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang
menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang
d.
Menekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di
dinding uterus dan juga merangsang myometrium untuk berkontraksi
e.
Uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, bidan mengajarkan keluarga
untuk melakukan Kompresi Bimanul Eksternal (KBE) :
1.
Letakkan satu tangan pada
dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan diatas simpisis pubis
2.
Letakkan tangan lain pada
dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri ,sejajar dengan dinding depan
korpus uteri.Usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin
3.
Lakukan kompresi uterus dengan
cara saling mendekatkan tangan depan belakang agar pembuluh darah di dalam
anyaman myometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan
membantu uterus untuk berkontraksi
3. Memberikan ergometrin 0,2 mg secara
intra muscular
4. Memasang infus dengan
jarum ukuran 18 dengan cairan infus RL 500 + drip 2 ampul oksitosin guyur dalam waktu 10 menit
5. Mengulangi
tindakan KBI
(evaluasi : uterus tidak berkontraksi, keadaan
ibu semakin lemah)
6. Merujuk ibu ke RSUDZA, tindakan KBI tetap
dilakukan selama perjalanan rujukan. Terpasang infus RL 500 cc / jam hingga tiba ditempat rujukan
dan memberikan
minum untuk rehidrasi.
7.
Setelah melakukan 3 kali tindakan KBI selama perjalanan rujukan, akhirnya
uterus ibu mulai berkontraksi dan perdarahan berhasil dihentikan.
8.
Ketika tiba di RSUDZA, ibu hanya dilakukan
pemantauan perdarahan oleh pihak rumah sakit.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ny. M usia 26 tahun telah melahirkan seorang putri dengan sehat. Plasenta lahir lengkap. Anamnesa awal ditemukan
masalah bahwa ibu tidak mengkonsumsi tablet FE selama kehamilan trimester 2 dan
3. Ibu juga mengatakan pada persalinan yang lalu mengalami atonia uteri yang
disebabkan berat bayi mencapai 3800 gram. Pada kala IV, data subjektif didapatkan bahwa ibu
tidak mengalami keluhan apapun. keadaan umum ibu baik.
Data objektif menunjukkan TD :
100/70 mmHg, Nadi :78x / menit, Suhu: 36,5 º
C, TFU: 2 jari dibawah pusat. Namun HIS Teraba lembek,
setelah 15 detik plasenta lahir uterus tidak berkontraksi, terdapat Perdarahan sebanyak 550 cc. Data subjektif dan objektif dapat
ditegakkan Assesment ibu mengalami atonia uteri. Planning yang dilakukan adalah
menghentikan perdarahan dengan tindakan KBI selama 5 menit, namun uterus tidak
berkontraksi, bidan mengajarkan keluarga untuk melakukan tindakan KBE, namun
uterus tidak juga berkontraksi, perdarahan tidak terhenti, keadaan ibu semakin
lemah. Ibu dirujuk ke RSUDZA, tindakan KBI tetap dilakukan oleh bidan. Setelah
3 kali tindakan KBI yang dilakukan dalam perjalanan, akhirnya uterus
berkontraksi dan perdarahan berhasil dihentikan. Sesampainya di RSUDZA, ibu hanya
dilakukan pemantauan perdarahan oleh pihak rumah sakit.
B.
Saran
1.
Bagi mahasiswi
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
atonia uteri
2.
Bagi tenaga
Kesehatan
a.
Diharapkan dapat
menerapkan prosedur asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri.
b.
Diharapkan lebih
meningkatkan pengembangan ilmu mengenai atonia uteri agar dapat lebih waspada.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. Asuhan
Kebidanan Persalinan dan kelahiran. Jakarta :EGC. 2006.
CunninghamF. Gary, Norman F. Gant,
Kenneth J. Leveno, Larry C. Gilstrap III, Jhon C. Haunt, dan Katharine D.
Wenstorm. Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.
Depkes RI. Asuhan Persalinan Normal,
Jakarta : JNPK-KR/POGI dan JHPIEGO Corporation. 2007.
Mochtar, Rustam, Sinopsis
Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 1998.
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita
Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 2007.
Nugroho, Taufan. Patologi kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. 2012.
Prawihardjo, Sarwono. Buku Pedoman
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina
Pustaka. 2006.
Saifudin. A. B. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
2001.
Saifudin. A. B. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
2006.
WiknjosastroHanifa,
Abdul Bari Saifuddin, dan Trijatmo Rachimhadhi. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.
No comments:
Post a Comment