BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus selalu
dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya.Dimaksud dengan perdarahan
antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan.Batas
teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 22 minggu,
mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.Perdarahan setelah kehamilan 22
minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 22
minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda (Wordpress.com).
Dalam kehidupan wanita,hanya sedikit
diagnosis yang lebih penting daripada diagnosis kehamilan. Banyak manifestasi
dari adaptasi fisiologis terhadap kehamilan yang mudah dikendali dan merupakan
pertunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan (Cunningham
dkk, 2005).
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan
trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab
kematian ibu yang utama.Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali
tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan
kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan
perdarahan dapat menurun(Wordpress.com).
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik
untuk membahas “Asuhan Kebidanan pada Ny.S dengan Kehamilan Abortus Inkompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxa”.
B.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan
kebidanan pada ibu hamil Ny.S dengan
Kehamilan Abortus Inkompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013 dengan pendekatan manajemen kebidanan dalam bentuk
SOAP.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan
data pada ibu hamil dengan Kehamilan Abortus inkompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxatahun 2013.
b. Mahasiswa
dapat melakukan indentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil
dengan Kehamilan Abortus Inkompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013.
c. Mahasiswa
dapat melakukan identifikasi kebutuhan akan tindakan segera dan kolaborasi dokter
di Ruang
Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013.
d. Mahasiswa
dapat melaksanakan perencanaan pada ibu hamil dengan Kehamilan Abortus kompletus di Ruang Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013.
e. Mahasiswa
dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Abortus inkompletus diRuang Kebidanan RSUD Meuraxa Tahun 2013.
C.
Manfaat
1.
Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan memberikan pengalaman
nyata yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil denganAbortus
Inkompletus
2.
Klinik
Sebagai masukan dalam upaya peningkatan pelayanan
kebidanan khususnya pada ibu hamil dan ibu bersalin.
3.
Institusi
Sebagai masukan dalam bidang pendidikan sehingga
dapat menyiapkan calon – calon bidan yang berkompeten khususnya dalam
memberikan pelayanan pada ibu hamil dan bersalin.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Definisi
Istilah abortus dipakai
untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup
diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir, akan tetapi
karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram
dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang
berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan.Abortus buatan adalah
pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan.Abortus terapeutik
adalah abortus yang dilakukan atas indikasi medic (Winkjisastro, 2007).
B.
Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang
didahului oleh kematian mudigah.Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut
biasanya janin dikeluarkan dalam keaadaan masih hidup.Hal-hal yang dapat
menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut:
1.
Kelainan pertumbuhan
hasil konsepsi
Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.Kelainan
berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.
Faktor-faktor
yang yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut:
a) Kelainan
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,
poliploidi, dan kelainan pula kromosom seks.
b) Lingkungan
kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium disekitar tempat implantasi
kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
c) Pengaruh
dari luar. Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hdupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen.
2.
Kelainan pada plasenta
Endarteritis
dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan
ini terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3.
Penyakit ibu
Penyakit
mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan
lain-lain yang dapat menyebabkan abortus.Toksin, bakteri, virus atau plasmodium
dapat melalui plasenta masuk kejanin, sehingga mnyebabkan kematian janin dan
kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis
umum dan penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosisi infeksiosa, toksoplamosis juga dapat
menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.
4.
Kelainan traktus
genitalis
Retroversio
uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan
abortus.Tetapi harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravid inkarserata
atau mioma submukosa yang memegang peranan penting.Sebab lain abortus dalam
trimester 2 adalah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada servik, dilatasi servik berlebihan, konisasi, amputasi, atau
robekan servik luas yang tidak dijahit(Cunningham dkk, 2005).
C.
Patologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan
dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya.Hal
tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing dalam uterus.Keadaan ini menyebakan uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu vili koriales
menembus desidua lebih dalam, sehingga umunya plasenta tidak dilepas sempurna
yang dapat mneyebabkan banyak perdarahan (Sarwono, 2005).
Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemuadian plasenta.Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.Hasil
konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak didalamnya banda kecil tanpa bentuk yang
jelas (blighted ovum); mungkin pula
janin telah mati lama (missed abortion) (Sarwono, 2005).
Apabila mudigah yang mati tidak dapat
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta.Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi,
sehingga semuanya terjadi tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose; dalam hal ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin
yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi:
janin mongering dank arena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia
menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi
tipis seperti kertas perkamen (fetus kompressus). Kemungkina lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi; kulit terkupas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna
kemerah-merahan (Sarwono, 2005).
D.
Diagnosis
Dan Penanganan
Abortus harus diduga bila seorang wanita
dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami
haid terlambat; sering terdapat pula terasa mules.Kecurigaan tersebut diperkuat
degan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes
kehamilan secara biologis atau imunologik bilamana hal itu dikerjakan.Harus
diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan; pembukaan servik dan adanya
jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
Sebagai kemungkinan diagnosis harus
difikirkan:
1.
Kehamilan ektopik yang
terganggu
2.
Molahidati dosa
3.
Kehamilan dengan
kelainan pada servik
Kehamilan ektopik terganggu dengan
hematokel retrouterina kadang-kadang agak sukar dibedakan dari abortus dengan uterus dalam posisi
retroversi. Dalam kedua keadaan tersebut ditemukan amenorea disertai perdarahan
pervaginam, rasa nyeri diperut bagian bawah, dan tumor dibelakang uterus.Tetapi
keluhanan nyeri biasanya labih hebat dari kehamilan ektopik (Sinclair, 2009).
Karsinoma servisis uteri, polypus
serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan.Perdarahan dari kelainan
tersebut dapat menyerupai abortus.Pemeriksaan dengan speculum, pemeriksaan
sitologik dan biopsy dapat menentukan diagnosis dengan pasti.Setelah abortus
pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus. Selain itu perlu
diperhatikan involusi uterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian. Ia diharapkan
tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti
kondom atau pil (Sinclair, 2009).
Secara klinik dapat dibedakan
antara, abortus kompletusabortus insipiens, abortus inkompletus dan abortus
imminens. Selanjutnya dikenal pula abortus servikalis, missed abortus, abortus habiatualis, abortus infeksiosus, dan
abortus septic (Sinclair, 2009).
a. Abortus
Kompletus
Abortus
kompletus adalah dimana seluruh hasil konsepsi sudah dikeluarkan, ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil.Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus,
hanya apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfusi.
b. Abortus
Imminens
Abortus
imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi servik.Tanda dan gejala abortus ini ialah mules sedikit atau tidak
sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, servik belum membuka dan
tes kehamilan positif. Penanganannya ialah istirahat baring menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurang rangsang mekanik dan
pemeriksaan USG penting dilakukan untuk
menentukan apakah janin masih hidup
c. Abortus
Insipiens
Abortus insipiens adalah
peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi servik uteri yang meningkat, tatoi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
Penegluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan
kerokan.
d. Abortus
Inkompletus
Abortus
inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.Pada pemeriksaan
vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Dalam penanganannya,
apabila abortus
ini disertai syok karena perdarahan, segera harus diberikan infuse cairan NaCl
fisiologik atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Setelah syok
diatasi lakukan kerokan dan disuntik IM ergometrin agar uterus berkontraksi.
e. Abortus
Servikalis
Pada
abortus ini keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangin oleh ostium uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis
servikalis dan servik uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding
menipis. Terapi terdiri atas dilatasi
servik dengan Busi Hegar daan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari
kanalis servikalis.
f.
Missed Abortion
Missed
abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus
tidak membesar lagi, tes kehamilan menjadi negatif.Penanganannya jika uterus
yang besarnya tidak melebihi 12 minggu sebaiknya dilakukan pembukaan servik
uteri dengan memasukan laminaria selama kira-kira 12 jam dalam kanalis
servikalis yang kemudian diperbesar dengan busi hegar sampai cunam ovum atau
jari dapat masuk kedalam kavum uteri.Jika besar uterus melebihi kehamilan
12 minggu, maka pengeluaran hasil
konsepsi di usahakan dengan infuse intravena oksitosin dosis cukup tinggi.
Dosis oksitosin dimulai dengan 20 tetes
per menit dari cairan 500 ml glucose 5% dengan 10 iu oksitosin.
g. Abortus
Habitualis
Abortus
habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut. Penangananya terdiri atas: memperbaiki keadaan umum, pemberian
makan yang sempurna, anjuran istirahat yang banyak, larangan koitus dan
olahraga. Terapi dengan hormone progesteron, vitamin, hormon tiroid dan lainnya
mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis karena penderita mendapat kesan
bahwa ia diobati.
h. Abortus
Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus
infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedangkan
abortus septic ialah abortus infeksiosus berat yang disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah
atau peritoneum. Penganannya pasien segera diberikan anti biotika, kuretase
dilakukan 6 jam dan penanganan demikian dapatdipertanggungjawabkan karena
pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan
yang nekrotis.
E. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus
adalah sebagai berikut:
1.
Perdarahan,
dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa konsepsi dan jika perlu
pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.
Perforasi,
dapat terjadi karena kerokan pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. jika
ada tanda bahaya perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luasnya
dan bentuk perforasi.
3.
Infeksi
4.
Syok,
bisaterjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dankarena infeksi berat atau syok endoseptik(Billington Dkk, 2009).
BAB
III
TINJAUAN KASUS
Hari/Tanggal : Rabu/23 Juli 2013
Jam : 14.45 wib
Nama Ibu : Ny. S Nama
Suami : Tn. F
Umur : 27
tahun Umur : 38 tahun
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Sibreh Alamat : Sibreh
S :
Ny. S berusia 27 tahun baru
masuk kiriman dari poli kebidanan. Ibu
mengaku keluar flek sejak tanggal 8 juli 2013 dan bercak
banyak sejak tanggal 10 Juli 2013. Ibu mengatakan
bahwa ini kehamilan keempat
dan pernah mengalami keguguran satu kali.
HPHT: 28-04-2013.
O : K/U
ibu baik
Tanda-tanda Vital :
-
TD
: 110/70 mmHg
-
RR : 24 x/m
-
N : 80x/m
-
T : 36.5ºc
Pemeriksaan Fisik
-
Mata : Conjungtiva : Pucat
Sclera : Putih
-
Payudara : Bentuk :
Simetris
Areola : Hiperpigmentasi
Putting susu :
Menonjol
-
Perut :Bentuk : Simetris
TFU : 2
jari dibawah pusat
-
Genetalia : Perdarahan : Flek (2 kali ganti duk)
-
Kaki : Tidak
ada edema
A :
Ibu G4P2A1usia kehamilan 11-12
minggu dengan Abortus Inkompletus
K/U ibu lemas
P :
1.
Memberitahu
ibu dan keluarga tentang hasil pemerikasaan
2.
Memberikan
dukungan kepada ibu agar ibu tidak takut dan cemas
3.
Memberitahu
ibu untuk istirahat yang cukup dengan tidur 6-8 jam perhari
4.
Menganjurkan ibu untuk
konsumsi makan yang bergizi, seperti:
a. Nasi/roti serta lauk
pauk
b. Sayur-sayuran
c. Kacang-kacangan
d. Buah-buahan
e. Susu/air mineral
5.
Memberitahu
ibu tanda-tanda bahaya dalam kehamilan :
a.
Pendarahan
pervaginam
b.
Keluar
cairan dari jalan lahir
c.
Nyeri
kepala hebat
d.
Nyeri
abdomen yang hebat
6.
Mengingatkan
ibu agar teratur minum obat
7.
Observasi
tanda-tanda vital dan perdarahan 6 jam sekali
8.
Kolaborasi
dengan dokter SpOG
a.
Pro kuret tanggal 24 juli 2013
b.
Melakukan pemasangan infus Ringer Laktat 20 tetes/menit
c.
Injeksi ceftriaxon 10 mg IV
9.
Ibu
mengerti dengan apa yang telah dijelaskan
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Istilah
abortus dipakai untuk menunjukan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan
dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir, akan
tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan dibawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.
Pada kasus Ny. S (27 tahun) dengan usia kehamilan 11-12
minggu, ibu mengalami abortus inkompletus yaitu pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada yang tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri. Berdasarkan intruksi dokter SpOg, pasien harus dilakukan
pemasangan infus RL 20 tetes/menit, injeksi ceftriaxon 10 mg IV, dan dilakukan
kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
B.
Saran
1. Bagi Ny.S diharapkan agar dapat menjaga kehamilannya terutama keluarga turut berperan serta mengamati dan
menerima keluhan dari ibu hamil.
2. Bagi
Mahasiswi D III Kebidanan agar dapat meningkatkan
kualitas belajarnya sehingga dapat memberikan asuhan pelayanan kebidanan sesuai
standart yang telah ditetapkan.
No comments:
Post a Comment